KONSELING
1. SEJARAH KONSELING
Pada
tahun 1900 an Jesse B. Davis mengembangkan program bimbingan secara sistematis
di sekolah umum di Michigan.
Frank
Parsone ( Father of Guidance) :
a. Mengembangkan
Boston Vocational Bureau untuk membantu remaja mengambil keputusan karir.
b. Menulis
Choosing A Vocation
Pada
tahun 1910 an berdiri NVGA ( National
Vocational Guidance Assosiation). Adanya undang-undang yang mengatur
disediakannya dana bagi sekolah umum untuk menyediakan pendidikan karir.
Gerakan bimbingan karir ini mendukung berkembangnya psikometri setelah Perang
Dunia I.
Tahun
1940 an , Carl Rogers mengembangkan konseling dengan client centered approach serta mempublikasikan buku Counseling and
Psychotherapy. Pada awal perang Dunia II dibutuhkan konselor dan psikolog untuk
menyeleksi dan melatih individu dalam bidang militer dan industri.
Dan
tahun 1950 an berdiri APGA yang merupakan cikal bakal American Counseling Association. Saat itu juga muncul teori baru (
analisis transaksional, rational-emotive therapy) yang bersaing dengan teori
lama ( psikoanalsa, behaviorisme, trait factor, client centered).
Di
tahun 1960 an, konseling pada developmental issues mendapat perhatian.
Konseling behavioral muncul sebagai teori konseling yang kuat. Mulai terbentuk Community Mental Health Center Act dan
APGA mempublikasikan kode etik.
Tahun
1980 an APGA berubah menjadi AACD. Dan standar konseling pun tambah berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi fokus konseling.
Pada
tahun 1990 an AACD berubah menjadi ACA. Isu spiritual mulai bisa diterima.
Perkembangan
konseling di Indonesia diawali pada tahun 1950 , Prof. Dr. Slamet Imam Santoso
mengembangkan Psikologi di Universitas Indonesia. Semula konseling hanya
dikembangkan disekolah menengah kemudia diterapkan di pusat rehabilitasi sosial,
lembaga sosial dan industri.
2. PENGERTIAN DAN PRINSIP DASAR
Konseling
merupakan sistem dan proses bantuan mengentaskan masalah yang terbangun dalam
suatu hubungan tatap muka antara dua individu ( klien yang menghadapi masalah
dengan konselor yang memiliki kualifikasi yang di persyaratkan).(Konselor Indonesia, 2010)
Konseling
adalah serangkaian kontak / hubungan bantuan langsung dengan individu bertujuan
membarikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya ( Rogers )
Konseling
adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap ,dilakukan secara
sistematik dengan pandangan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau
upaya mengatasi masalah tersebut ( Saefudin,
Abdul Bari : 2002)
Prinsip
dasar dari konseling mencakup hal-hal berikut :
a. Klien
adalah individu yang memiliki kemampuan membuat keputusan dan memilih tujuan serta
secara umum mampu menerima tanggung jawab dari tingkahnya.
b. Konseling
berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus pada masa lalu.
c. Wawancara
sebagai alat utama dalam konseling.
d. Tanggung
jawab pengambilan keputusan berada pada klien.
e. Konseling
memfokuskan pada perubahan tingkah laku.
3. TEORI KONSELING
A.
Pendekatan
Psikoanalitik
Tokoh : Sigmund Freud
Mempopulerkan teori bahwa motif tidak sadar mengendalikan sebagian besar
perilaku. Serta adanya perilaku manusia pada awalnya didasari pada hasrat
seksual.
Menurut pandangan psikoanalitik,
kepribadian terdiri dari 3sistem yaitu :
a. Id
: pada prinsipnya pleasure and principle
b. Ego
: menilai realita, sebagai pelaksana melihat dunia luar
c. Super
ego : bagian moral kepribadian manusia
Tujuan
konseling psikoanalitik:
1. Membuat
tidak sadar menjadi sadar.
2. Mengatasi
tahap-tahap perkembangan yang tidak terpecahkan.
3. Membantu
klien untuk belajar dan mengatasi.
4. Rekonstruksi
kepribadian.
B.
Pendekatan
Humanistik
a.
Konsep Dasar:
1. Memandang
manusia sebagai individu yang unik. Manusia merupakan seseorang yang ada, sadar
dan waspada akan keberadaannya sendiri. Setiap orang menciptakan tujuannnya
sendiri dengan segala kreatifitasnya, menyempurnakan esensi dan fakta
eksistensinya.
2. Manusia
sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan
yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap
orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
3. Manusia
tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu
manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju
aktualisasi diri
4. Setiap orang
memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan
fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self
expression.
b.
Asumsi Perilaku
Bermasalah
Gangguan jiwa disebabkan karena
individu yang bersangkutan tidak dapat mengembangkan potensinya. Dengan
perkataan lain, pengalamannya tertekan.
c.
Tujuan
Konseling
1. Mengoptimalkan
kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa
adanya. Saya adalah saya
2. Memperbaiki
dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan
individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu
dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal
mungkin.
3. Menghilangkan
hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses
aktualisasi dirinya.
4. Membantu
individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau
menurut kondisi dirinya.
d.
Deskripsi Proses Konseling
1. Adanya
hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.
2. Adanya
kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang
diinginkannya.
3. Konselor
berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu
dengan tanpa memberikan sanggahan.
4. Unsur
menghargai dan menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan
individu merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan
konseling.
5. Pengenalan
tentang keadaan individu sebelumnya beserta lingkungannya sangat diperlukan
oleh konselor.
e.
Teknik-Teknik Konseling
Teknik yang dianggap tepat untuk
diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling,
sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi: (1) acceptance
(penerimaan); (2) respect (rasa hormat); (3) understanding
(pemahaman); (4) reassurance (menentramkan hati); (5) encouragement
(memberi dorongan); (5) limited questioning (pertanyaan terbatas; dan
(6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan).
Melalui penggunaan teknik-teknik
tersebut diharapkan konseli dapat (1) memahami dan menerima diri dan
lingkungannya dengan baik; (2) mengambil keputusan yang tepat; (3) mengarahkan
diri; (4) mewujudkan dirinya.
C.
Pendekatan
Behavioral
Tokoh : Skinner
Behavioral mengikuti metode eksperimen
dan mengutamakan perhatian pada perilaku yang diamati secara ilmiah.
Konsep penting dalam behaviorisme adalah
reinforcment baik bersifat positif maupun negatif.
Proses perkembangan behavioral terdiri
dari :
a. Extinction
: perubahan perilaku dar yang tidak senang menjadi senang.
b. Generalization
: perilaku tidak senang pada orang yang mirip dengan orang yang tidak
disenanginya.
c. Discrimination
: perilaku yang awalnya tidak senang tapi tetap berusaha untuk mengenali lebih
dekat sehingga perasaannya lama-lama menjadi senang.
4. TUJUAN KONSELING
Tujuan
dari konseling adalah memfasilitasi klien agar terbantu untuk:
a. Menyesuaikan
diri secara efektif terhadap diri sendiri dan lingkungannya, sehingga
memperoleh kebahagiaan hidup.
b. Mengarahkan
dirinya sesuai dengan potensinya ke arah perkembangan yang optimal.
c. Meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman diri.
d. Memperkuat
motivasi untuk melakukan hal –hal yang benar.
e. Mengurangi
tekanan emosi.
f. Meningkatkan
pengetahuan dan kapasitas untuk pengambilan keputusan yang efektif.
g. Meningkatkan
hubungan antar pribadi.
5. ASAS KONSELING
a.
Asas
Kerahasiaan
Keyakinan klien akan adanya perlindungan
kerahasiaan menjadi jaminan suksesnya pelayanan. Apabila terbongkar menjadi
tanggung jawab konselor.
b.
Asas
Kesukarelaan dan Keterbukaan
Kesukarelaan penuh klien untuk menjalani
proses pelayanan konseling bersama konselor menjadi buah dari terjaminnya
pribadi klien.
c.
Asas
Keputusan Diambil Sendiri oleh Klien
Asas ini secara langsung menunjang
kemandirian klien. Berkat dorongan konselor maka klien akan berfikir,
menganalisis, menilai, menyimpulkan sendiri mampu bersikap sehingga mampu untuk
mengambil keputusan.
d.
Asas
Kekinian dan Kegiatan
Hal ini diterapkan dari awal sejak
konselor bertemu dengan klien. Dengan nuansa kekinianlah segenap proses layanan
dikembangkan dan dijalankan.klien dituntut untuk benar-benar aktif dari awal
sampai periode pasca layanan.
e.
Asas
Kenormatifan dan Keahlian
Klien dan konselor sama-sama terikat
sepenuhnya oleh nilai-nilai dan norma yang berlaku.
6. KOMPONEN KONSELING
a.
Konselor
Adalah seseorang yang karena kewenangan
dan keahliannya memberi bantuan kepada klien. Untuk mengelola konseling secara
efektif, seorang konselor dituntut memiliki kepribadian dan keptrampilan
tertentu.
b.
Klien
Adalah seorang individu yang sedang mengalami
masalah ,atau sedang mengalami sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang
lain.
c.
Konteks
hubungan konselor dan klien
Dalam konseling, hubungan konselor
dengan klien berada dalam konteks hubungan membantu ( helping relationship),
yaitu hubungan untuk meningkatkan pertumbuhan , kematangan dan fungsi serta
cara dalam menghadapi kehidupan dengan memanfaatkan sumber-sumber internal pada
pihak klien.
7. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
KONSELING
a.
Struktur
b.
Inisiatif
c.
Setting / tatanan fisik
d.
Kualitas klien
e.
Kualitas konselor
8. KARAKTERISTIK KONSELOR YANG EFEKTIF
a. Congruence
( genuineness, authenticity)
b. Unconditional
positive regard/ acceptance
c. Empati
d. Pengetahuan
yang baik tentang diri sendiri dan kompeten
e. Kesehatan
psikologis yang baik
f. Sensitivitas
dan pemahaman faktor rasial
g. Keterbukaan
h. Objektivitas
i.
Dapat dipercaya
j.
Pendengar yang baik
9. MASALAH YANG DIHADAPI KONSELOR
a. Kebosanan
b. Kesalahan
konselor
c. Manipulasi
d. Hubungan
yang membantu vs tidak membantu
e. Terminasi
konseling
f. Burnout
10. LANGKAH KONSELING
Proses
konseling dibagi dalam lima tahap sebagai berikut :
- Tahap Analisis
Tahap kegiatan yang terdiri
pengumpulan informasi dan data mengenai klien.
- Tahap Sintesis
Langkah merangkum dan mengatur data
dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat, kekuatan,
kelemahan dan kemampuan penyesuaian diri klien.
- Tahap Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah pertama
dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan yang dapat mengarah
kepada permasalahan, sebab-sebabnya, sifat-sifat klien yang relevan dan
berpengruh pada penyesuaian diri. Diagnosis meliputi :
- Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif misalnya dengan menggunakan kategori Bordin dan Pepinsky
Kategori diagnosis Bordin
a.
dependence (ketergantungan)
b. lack of
information (kurangnya informasi)
c. self
conflict (konflik diri)
d. choice
anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan)
Kategori diagnosis Pepinsky
a. lack of
assurance (kurang dukungan)
b. lack of
information (kurang informasi)
c.
dependence (ketergantungan)
d. self
conflict (konlflik diri)
- Menentukan sebab-sebab, mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh reaksi klien, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosa sementara.
- Prognosis yang sebenarnya terkandung didalam diagnosis misalnya diagnosisnya kurang cerdas pronosisnya menjadi kurang cerdas untuk pekerjaan sekolah yang sulit sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter. Kalau klien belum sanggup berbuat demikian, maka Konselor bertanggung jawab dan membantu klien untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab. Untuk dirinya sendiri, yang berarti dia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional belum mau menerima.
- Tahap Konseling
Merupakan hubungan membantu klien
untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber diluar dirinya, baik
dilembaga, sekolah dan masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan
penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima
jenis konseling adalah :
- Belajar terpimpin menuju pengertian diri
- Mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
- Bantuan pribadi dan Konselor, agar klien mengerti dan trampil dalam menggunakan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
- Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
- Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran
- Tahap Tindak Lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam
menghadapi maslaah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya
sehingga menjamin keberhasilan konsleing. Teknik yang digunakan harus
disesuaikan dengan individualitas klien.
Teknik Konseling
1. Pengunaan
hungan intim (Rapport), Konselor harus menerima konseli dalam hubungan yang
hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal
yang mengancam konseli.
2.
Memperbaiki pemahaman diri, konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan
dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi
kelemahannya. Penafsiran data dan diagnosis dilakukan bersama-sama dengan klien
dan Konselor menunjukkan profil tes secara arif.
3. Pemberian
nasehat dan perencanaan program kegiatan. Konselor mulai dari pilihan, tujuan,
pandangan atau sikap Konselor dan kemudian menunjukkan data yang mendukung atau
tidak mendukung dari hasil diagnosis. Penjelasan mengenai pemberian nasehat
harus dipahami klien.
Tiga metode
pemberian nasehat yang dapat digunakan oleh Konselor :
a. Nasehat langsung (direct
advising), dimana Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
b. Metode persuasif, dengan
menunjukan pilihan yang pasti secara jelas.
c. Metode
penjelasan, yang merupakan metode yang paling dikehendaki dan memuaskan.
Konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostic dan
menunjukan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli.
d.
Melaksanakan rencana, yaitu Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan
pilihan atau keputusan secara implementasinya.
4. Menunjukkan
kepada petugas lain (alih tangan) bila dirasa Konselor tidak dapat mengatasi
masalah klien.
Sumber pustaka
waskitamandiribk.wordpress.com/
2010 /teori_ konseling
konselorindonesia.blogspot.com/
konsep_dasar_konseling_perorangan_2010
eprint.undip.ac.id/621/i/highlight_dalam_sejarah_knseling_sawitri
2009
http//konselingindonesia.com/teori_konseling
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar